Tenyata Infomasi dan Transaksi Elektronik ada undang undangnya hlo...
Baru tahu?
Ayo Pelajari lebih lanjut tentang UU ITE (UU No 11 Tahun 2008)
Kamu akan mengetahui hal-hal yang belum kamu ketahui sebelumnya. Dijamin nggak nyesel deh, ayo buruan pelajari.
Film ini mengisahkan tentang persahabatan antara 5 Orang Mahasiswi Universitas PGRI Semarang. Persahabatan mereka terjalin hampir 3 Tahun, Persahabatan yang begitu indah dan terjalin sangat erat. Hingga ada suatu ketika terjadi kesalahfahaman antara mereka..
Apa Yang Terjadi?
Yuk Kepoin Aja Film ini...
Kamu akan tahu bagaimana kisah mereka akan menginspirasi kita bahwa sahabat harus saling percaya satu sama lain...
Aku
adalah peri kecil yang selalu manja kepada malaikat tanpa sayapku. Malaikat itu
adalah ibu. Ya, Apa-apa ibu. Ibu yang selalu memberikan cinta dan kasih sayangnya
untukku Apapun itu ibuku yang bertanggungjawab atas diri kecilku. Hingga pada
akhirnya aku beranjak Dewasa seperti sekarang ini. Namun aku merasa hanya ibuku
yang begitu amat sangat menyanyangiku. Ayahku? Aku merasa dia juga menyanyangiku
Namun, kasihsayangnya tidak dapat melebihi kasih sayang ibu padaku.
Bahkan
suatu ketika, untuk pertama kalinya aku harus pergi meninggalkan desa tempat
kelahiranku yang berada dipinggiran kota Pati, berbatasan Kota Blora dan Kota Rembang jauh dari kedua orang tuaku, hanya ibu yang menangisi kepergianku.
Ayah hanya berkata “jaga diri baik-baik” padahal saat itu aku juga ingin
dipeluk ayah sama seperti ketika ibu memelukku sambil menangisiku. Berpisah?
Ya, tetapi ini bukan perpisahan yang lama, ini hanya sementara ibu. Demi masa
depanku. Menata Langkah menuju kehidupan yang sesungguhnya. Yang aku minta hanyalah Do’a darimu dan ayah. Iringi langkahku dengan
Do’a kalian. Berjuang menuntut ilmu melanjutkan pendidikan di Salah satu
Perguruan Tinggi Swasta ternama di kota Semarang.
Ya pada saat itu, tepat pada tanggal 13
September 2014 aku diantar kedua orangtuaku dan rombongan keluargaku sampai kos-kosan
di kota semarang. Kota perantauan penuh kebisingan, keramaian, hiruk pikuk, lalu lalang orang berjalan memenuhi dan memadati ibukota Jawa Tengah. Ya, disinilah tempat yang pada akhirnya akan menuntunku menata masa depanku. Karena setelah melewati beberapa tahap akhirnya aku
ditetapkan sebagai Mahasiswa PGSD di Universitas PGRI Semarang. Memang pada
awalnya Universitas itu bukan Universitas utama tujuanku. Namun setelah
kegagalan yang aku alami aku yakin Tuhan telah mengatur segala rencana indah
untukku. Yang jauh lebih baik dari apa yang aku inginkan dan aku harapkan. Dan
bahkan sekarang aku yakin, disinilah aku akan berjuang demi masa depanku,
berjuang untuk membanggakan ayah dan ibuku. Aku yakin, Aku bisa!
Banyak
hal yang telah aku lewati saat ini. Namun, sekian banyak Hal yang telah aku
lakukan, Ayahku tidak pernah merasa bangga terhadapku, padahal hal yang paling
aku inginkan adalah dipeluk ayah dan ayah dengan bangganya berkata “Ayah sayang
kamu nak, ayah sangat bangga sama kamu”. Bahkan sampai saat ini, ayah tidak
pernah mengatakan itu padaku. Walaupun tidak sedikit prestasiku yang membuat
bangga keluargaku terutama ibuku, tetapi tidak bagi ayahku. Memperoleh beasiswa
PPA, IPK Coumloude sampai semester ini. Menurutnya itu hal yang biasa dan
memang seharusnya seperti itu. Namun, Aku yakin, suatu saat ayah akan melakukan
hal yang aku inginkan itu.
Aku
mulai menikmati masa-masa perkuliahan yang menyibukkan. Masa perkuliahan yang
didambakan anak lulusan SMA sederajat. Hari berganti hari, minggu berganti
minggu, bulan berganti bulan, hingga pada akhirnya aku sudah melewati 2
semester pertamaku. Menjadi Mahasiswa adalah suatu kebanggaan tersendiri
buatku. Terhitung mulai september 2015 aku sudah tercatat sebagai mahasiswa
semester 3. Hari demi hari terlewati hingga pada suatu ketika aku jatuh sakit.
Untuk pertama kalinya aku merasakan sakit saat jauh dari kedua orang tuaku. Sungguh
saat itu aku tersadar bahwa kesehatan adalah harta paling berharga.
Sudah
masuk hari ketiga kondisiku kian memburuk dan aku memutuskan untuk periksa ke
dokter. Dan setelah konsultasi sama Dokter, Dokter itu menyarankan aku untuk di
rawat inap, karena sesungguhnya aku sudah banyak kekurangan cairan. Aku begitu
lemas, namun aku berusaha kuat dan karena ketidakinginanku untuk di rawat inap
akhirnya dokter itu hanya memberikan beberapa resep obat. Benar-benar yang aku
inginkan saat itu adalah pulang dan bertemu ayah dan ibuku. Namun, betapa
terkejutnya saat aku kembali dari periksa dokter, kedua orang tuaku telah
berada di Kos-ku. Padahal sebelumnya aku sudah berkata aku baik-baik saja, dan
tidak perlu kesini. Saat itu aku hanya duduk gemetar di pinggir kasur tempat
tidurku. Tak kuasa airmata mengalir dari kedua mata sayuku. Bahkan ibuku, sudah
menangis rasa sakit yang aku derita. Bagaimana ayah?? Untuk pertama kalinya,
aku melihat airmata disudut matanya. Ayah menangis? Aku sangat yakin, ayah
menangisi rasa sakitku.
Setelah
itu ayah memberikan beberapa obat yang memang sengaja di beli dari daerahku.
Meminumkan obat kepadaku, menyuruhku tidur. Dari dulu memang ayah selalu peduli
terhadap kesehatanku, bahkan untuk makanpun banyak yang dilarang larang ayahku
untuk aku makan. Aku fikir ayahku sengaja melarangku supaya aku tidak banyak
makan, tetapi ayah punya tujuan sendiri. Ayah begitu sensitif ketika aku sakit,
dan Saat itu aku baru sadar dan benar benar sadar bahwa ayah adalah orang yang
paling peduli, paling sayang sama anak-anaknya. Hanya saja ayah mempunyai cara
tersendiri dalam hal menyayangiku. Ayah jarang menangis untukku bukan berarti
ayah tidak menyanyangiku. Tetapi seorang ayah harus terlihat kuat di mata
anak-anaknya. Dewasa ini, betapa aku mulai menyadari bahwa banyak hal yang
telah ayah lakukan untukku. Ya memang bukan ayah yang melahirkanku, namun ayah
yang membiayai seluruh kehidupan keluargaku, ayah yang menanggung beban
hidupku, menyekolahkanku, memenuhi semua keinginanku, bahkan saat ayah tidak
mempunyai uang, apa yang aku minta tidak pernah ditolak langsung, ayah hanya
meminta ku bersabar dengan janji ayah akan membelikannya. Ayah? Maafkan aku,
ayah.... Aku janji akan membuat ayah bangga. Seperti apa yang ayah harapkan.
Kau yang mengajariku mandiri tanpa sebuah perkataan melalui sebuah tindakan. Engkau
mengajariku betapa kerasnya hidup ini ayah, aku akan berusaha semaksimal
mungkin untuk membuatmu dan ibu bangga padaku.. Aku sayang ayah.. Ayah, kamulah
pahlawanku.
I
Love You, Ayah...
My
Super Hero... J
Video
ini yang menginspirasiku betapa pentingnya seorang ayah, yang memberikan
segalanya untuk anaknya yang paling disayanginya.
Setelah
kejadian itu hingga Saat ini, ayah secara terang-terangan peduli terhadapku.
Tidak ada rasa gengsi untuk sekedar meneleponku bertanya keadaanku, biaya kehidupanku
di kota ini, kebutuhanku, prestasiku, kuliahku dan banyak hal bahkan dalam
urusan cinta sekalipun. Padahal sebelumnya untuk sekedar bertanya kabar, ayahku
hanya mengetahuinya melalui ibuku. Meskipun sampai saat ini, ayah belum pernah
bilang secara langsung bahwa ayah bangga terhadapku. Ya mungkin belum waktunya.
Yang pasti aku sangat senang terhadap kepedulian dan kasih sayang ayah padaku.
Hingga
suatu ketika, aku berada pada pertengahan semester 4, dan saat itu, aku sedang
menghadapi Ujian Tengah Semester. Malam harinya, setelah sholat isya’ seperti
hari sebelumnya, ibu Menelponku untuk sekedar bertanya aku lagi ngapain? Sudah makan
apa belum? Pembicaraan biasa seperti biasanya. Selang beberapa menit setelah
ibu menelpon, Bu Dhe ku menelpon Saudara sepupuku yang memang satu kos sama
aku. Bu Dhe kumenyuruh saudaraku untuk bertanya padaku, “Apakah Ayahku benar
masuk Rumah Sakit?” Bagai disambar petir, pertanyaan itu membuat tubuhku kaku.
Aku syock mendengarnya. Bahkan Airmata tak kuasa terbendung seketika. Bahkan
saat aku menulis tulisan ini, aku juga tak kuasa menahan tangisanku. Menurutku itu
membuka luka lama yang seharusnya tidaak perlu diketahui banyak orang. Padahal
baru beberapa menit yang lalu ibuku menelponku, seolah semua keadaannya baik
baik saja. Untuk memastikan apakah kabar itu memang benar apa tidak aku sengaja
menelpon lagi orang rumah, tetapi tidak ada jawaban. Mungkin memang semuanya
sengaja menyembunyikan ini dariku. Supaya aku tidak khawatir mendengarnya.
Namun tetap tidak menyerah aku menelpon Bibiku yang kebetulan rumahnya dekat
rumahku. Dan memang benar, Saat itu aku tahu kalau ayahku benar-benar dibawa
kerumah sakit sore tadi menjelang magrib. Sungguh saat itu juga aku menangis
meraung raung di telpon bibiku. Aku berusaha ditenangkannya. Namun, tak kuasa
aku menahan semua rasa sakit ini. Dari dulu hal yang paling aku takutkan adalah
ketika ayah jatuh sakit. Bahkan Tuhan, ketika aku boleh meminta, aku saja yang
sakit. Jangan Ayahku.. jangan... L :’(
Saat
itu juga aku ditelfon kembali oleh bu dhe-ku, bu dheku meminta ku bersabar dan
mendoakan ayah yang sedang sakit. Saat itu adalah suatu hal yang paling sulit
aku hadapi, Aku merasa hidupku tidak adil, saat aku tengah berjuang mengahadapi
UTS, ayahku masuk rumah sakit dan keluargaku tidak ada yang mengabariku. Bahkan
aku ingin berada disamping ayah menghadapi rasa sakit yang ayah derita. Tapi,
aku bisa apa? Ayah bahkan bisa marah, saat aku meninggalkaan kuliahku demi
dirinya. Maafkan aku ayah...
Tengah
malam, setelah sholat malam, aku mengirimi pesan pamanku, bahwa aku sudah
mengetahui kabar tentang ayahku. Dan bertanya bagaimana keadaannya. Sedikit
tenang, bahwa pamanku membalas pesanku dan bilang kalau ayahku kondisinya sudah
membaik. Beberapa hari Setelah UTSku selesai aku bergegas pulang untuk bertemu
dengan ayah. Dan bahkan saat sampai rumah aku disambut baik oleh senyuman
keluargaku, yang tentunya menandakan bahwa keadaan ayah sudah membaik. Bahkan
ibuku bercerita, bahwa Saat ayah baru sampai dari rumah sakit, ayah langsung
bekerja. Padahal seharusnya ayah harus istirahat yang cukup. Cerita itu, jadi
bahan bercandaan tetanggaku. Dasar Ayah.. Sangat Pekerja Keras. Demi siapa lagi?
Demi istri dan anak anaknya. Sehat terus ayah, Jangan sakit lagi....
Melihat
kerja keras ayah, aku janji ayah, kelak akan menjadi guru yang amanah,
melahirkan anak didik yang berguna. Dan berharap salah satu dari anak didikku
kelak ada yang bisa menjadi dokter untuk menyembukan penyakit tanpa rasa sakit.
Do’akan anakmu ayah.. Supaya kelak dapan mengemban tugas dengan amanah dan
penuh tanggung jawab...
Video
ini yang menginspirasiku, betapa pentingnya ayah bagi kita... Sayangi ayah
kita, lakukan apapun demi ayah kita..
Tulisan
ini, mengajarkan bahwa “Disini, di kota ini aku belajar bahwa setelah melalui
kesulitan akan datang lagi kesulitan yang jauh lebih sulit daripada kesulitan
yang sebelumnya. Untuk itu, bagaimana diri kita menghadapi dan melewati kesulitan
itu, bukan untuk menghindarinya. Hadapi kesulitan itu, dengan cara apapun dan
bagaimanapun, taklukkan kesulitan itu”.
Bagi Mahasiswa yang ingin mengetahui Literatur Etika Berinternet silahkan KLIK DISINI
Banyak hal yang harus anda ketahui lebih lanjut mengenai "etika berinternet".
Selamat Membaca
Semoga Bermanfaat :)